Haflah Khotmil Qur'an

Haflah Khotmil Qur'an

Haflah Khotmil Qur'an

Haflah Khotmil Qur'an

Haflah Khotmil Qur'an

Selasa, 30 Desember 2014

SOFTWARE ISLAMI


Program Ilmu Tajwid berbasis flash
Program Ensiklopedi Hadits 9 Imam (cuma sampel, yang asli silahkan beli :D )
Program Al-Quran in Microsoft Word
Quran Auto Reciter (Program Pembaca al-Quran dan Sekaligus Menampilkan Tulisan)
Hadits Web 3.0 (Al-quran & Terjemah, shahih Bukhari & Muslim, Hadits Arbain, Artikel Hadits)
Menghafal Surat Al-Fatihah bagi Anak dan Balita
Menghafal Surat Al-Ikhlash bagi Anak dan Balita
Menghafal Surat Al-Falaq bagi Anak dan Balita
Menghafal Surat An-Nas bagi Anak dan Balita
Bacaan Surat Al-Ahqaf by Muh. Thoha Al-Junaid
Bacaan Surat An-Naba' by Muh. Thoha Al-Junaid
Bacaan Surat Al-Muzammil by Ahmad Saud
MP3 Motivasi Andri Wongso: Dengan Ketekunan Batangan Besi Pun Bisa Jadi Jarum
TXT (NOTEPAD) UNTUK HP
Risalah Ramadhan

Kamis, 18 Desember 2014

Ampunan & Rahmat Allah adalah pertama & utama

Lamun siro kabeh podo syukur marang nikmate gusti Allah mongko gusti Allah bakal nambah nikmate, Lan menowo podo kufur siro kabeh marang nikmate gusti Allah, Saktemene siksane gusti Allah nggegirisi banget.

Dalam setiap kesempatan, jangan hanya berdoa untuk diri sendiri dan keluarga, memohon dan berdoa untuk kebutuhan-kebutuhan mendesak untuk hari ini, besuk pagi dan lain sebagainya, tetapi sempatkan untuk memohon rahmat-Nya, nyuwun kawelasanipun gusti Allah.

Rahmat Allah itu untuk semua makhluk ?

Rahmat Allah itu diperuntukkan bagi semua makhluk-Nya di muka bumi ini, misalnya adalah bumi yang semula gersang disuburkan dengan hujan oleh Allah, yang tentu saja bisa dinikmati oleh semua orang hingga orang kafir sekalipun. 
Al Quran surat Ar Rum ayat 50 menyebutkan :

"Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati ..." (QS. Ar Rum 50)

Juga di bagian lain, Allah SWT berfirman dalam Al Quran :

"Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kalian ..." (QS. Al Baqarah 29)

Demikian pula rahmat berupa akal fikiran yang cerdas, juga diberikan oleh Allah kepada siapapun. Sayangnya, manusia banyak yang lalai untuk mensyukuri nikmat karunia-Nya. Padahal Allah sudah memenuhi kebutuhan hidup mereka, bahkan jika mau menghitung-hitung nikmat Allah di dunia ini, tidak mungkin akan terhitung, saking banyaknya.

Terlebih lagi rahmat yang akan diperoleh di akherat kelak, yaitu yang disediakan bagi orang-orang yang taqwa. Karena sebenarnya rahmat Allah yang dinikmati oleh para hamba-Nya di dunia baru 1 bagian saja, sedangkan yang 99 bagian hanya bisa dinikmati oleh hamba-hamba-Nya yang taqwa di akherat. 
Sesuai sabda Nabi Muhammad SAW :

"Allah telah menjadikan rahmat (kasih sayang) sebanyak 100 bagian. Yang ditahan di sisi-Nya 99 bagian dan yang diturunkan ke bumi 1 bagian. Dari yang sebagian itu makhluk saling berkasih sayang, sampai-sampai seekor kuda mengangkat telapak kakinya dari anaknya takut kalau-kalau menimpanya." (HR. Bukhari, Jawahirul Bukhari Hlm. 463).

Kuda karena kasih sayangnya rela mengangkat kakinya khawatir kalau-kalau sampai menginjak anaknya; seorang ibu rela mengorbankan seluruh jiwa raganya, adalah karena kasih sayangnya terhadap si anak. Seorang pria, rela mengorbankan apapun terhadap wanita pujaannya, juga karena cinta dan kasih sayang. Bahkan segenap ummat Islam diperintahkan untuk memohonkan rahmat dan barokah kepada Allah bagi yang ditemuinya melalui salam Islam. Sampai dengan orang setelah sholat berakhirpun diperintahkan agar memohonkan rahmat Allah untuk makhluk di kanan kirinya.

Semua itu baru realisasi dari satu bagian rahmat Allah yang diturunkan ke dunia.

Oleh karena itu betapa pentingnya rahmat Allah itu. Bahkan Rasulullah SAW pernah menjelaskan bahwa yang memasukkan seseorang ke dalam surga bukan semata-mata amal sholehnya, kalau saja tidak memperoleh ampunan (maghfiroh) dan rahmat Allah SWT.
Aisyah RA pernah menyampaikan sabda Rasulullah SAW :

"Tunjukkanlah kepada manusia, dekatilah dan berilah kabar gembaira, sebenarnya amal seseorang itu tidak akan memasukkan dia ke dalam syurga. Mereka bertanya,: Tidak juga paduka ya Rasulullah ? Nabi menjawab,"tidak juga aku, kecuali Allah mengaruniai aku dengan ampunan dan rahmat-Nya."(HR. Bukhari)

Bahkan tanpa rahmat Allah bukan saja tidak masuk surga, akan tetapi termasuk juga manusia akan memperoleh kerugian. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al Quran :

"... Maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya atas kalian, niscaya kalian tergolong orang yang rugi." (QS. Al Baqarah 64)

Selanjutnya, rahmat atau karunia Allah itu ada yang besar, ada yang kecil, dan ada pula yang sempurna. Demikian menurut Bey Arifin dalam buku Samudra Al Fatihah susunannya. Yang termasuk kategori rahmat kecil adalah segala rahmat yang hanya bisa dinikmati di dunia. misalnya rahmat hidup, sehat, kekayaan, jabatan, ketrampilan, dll.

Kita mestinya juga membutuhkan rahmat itu, namun jangan terbuai oleh rahmat kecil, sebab yang lebih utama lagi adalah rahmat yang besar. Yaitu rahmat yang tidak bisa dinilai dengan seluruh harta kekayaan, rahmat yang kekal abadi. Yaitu keimanan atau agama yang benar, ilmu yang merupakan jalan lurus kehidupan (shirathal mustaqim), perasaan bahagia yang bersumber dari iman, memiliki perasaan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, serta cinta pula kepada ajaran-ajaran-Nya. Sedangkan rahmat yang paling sempurna adalah masuk surga. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW :

"Tamaamun Nu'mati Dukhuulul Jannati" artinya : "Nikmat/rahmat sempurna adalah masuk surga."

Dengan tersedianya rahmat Allah yang tak terhingga banyaknya itu, sudah semestinya kita harus berupaya untuk dapat meraih rahmat Allah tadi yaitu dengan mentaati segala perintah-Nya, mensyukuri segala karunia-Nya, sabar terhadap segala cobaan-Nya.

Semoga kita termasuk orang-orang yang dilimpahi rahmat-Nya sejak rahmat kecil, rahmat besar, hingga rahmat yang sempurna. Amin.

Sabtu, 25 Oktober 2014

Muharram - Kemuliaan Asyura

Di antara bulan-bulan dalam tahun Jijriyyah, terdapat beberapa bulan yang memiliki kelebihan dibandingkan bulan yang lain. Salah satunya adalah Muharram, bulan pertama. Dalam sejarahnya, Muharram dijadikan awal bulan oleh Sayyidina Umar pada tahun 17 Hijriyyah, meskipun dalam tradisi urutan bulan di Arab sudah ada sejak lama.
Salah satu keistimewaan Muharram, pada bulan ini terdapat hari yang mulia, yaitu tanggal 10, yang biasa disebut “Hari Asyura”. Rasulullah SAW bersabda mengenai tanggal itu, “Asyura ialah hari tanggal 10”. Demikian hadits shahih yang diriayatkan oleh Imam Ad-Daraquthni dari Abu Hurairah.

Kemuliaan Asyura
Apa sebab hari Asyura itu dianggap mulia? Di dalam kitab At-Tuhfah Al-Mardhiyyah disebutkan, “Dinamakan Asyura sebab pada hari itu Allah memuliakan – yakni dengan memberikan kemenangan atau keselamatan dari bencana – kepada sejumlah nabi.”
Pertanyaannya, kemulianan atau kemenangan apa saja yang diberikan kepada mereka? Jawabannya disebutkan dalam kitab Al-Jawahir Al-Makkiyah. Di antara kemuliaan pada hari itu adalah:
  1. Allah menciptakan Naabi Adam AS, dan pada hari itu juga beliau diperintahkan untuk berdiam dalam surga Darus Salam.
  2. Nabi Nuh As mendarat di Gunung Judiy sesudah terjadi banjir besar yang airnya menggenangi seluruh permukaan bumi.
  3. Nabi Ibrahim As diselamatkan oleh Allah ketika dilempar oleh Raja Namrudz ke tempat api yang menyala-nyala, api itu terasa dingin saja bagi beliau.
  4. Nabi Yunus AS dapat keluar dari perut ikan setelah berhari-hari berada di dalamnya yang gelap gulita.
  5. Nabi Ayub AS disembuhkan dari penyakitnya yang menghinggapi seluruh tubuhnya yang menurut pertimbangan akal mungkin tidak dapat sembuh lagi.
  6. Nabi Yusuf As dikeluarkan dari sumur yang gelap karena perbuatan saudara-saudaranya yang dengki dan iri kepadanya.
  7. Nabi Ya’qub AS disembuhkan dari matanya yang buta karena terus-menerus menangis memikirkan nasib putranya, yakni Nabi Yusuf AS. Ketika sembuh, seolah-olah beliau tidak pernah sakit mata sama sekali.
  8. Allah membelah lautan untuk memberikan pertolongan kepada Nabi Musa AS yang dikejar oleh Raja Fir’aun, sehingga Nabi Musa As dan umatnya dapat menyeberangi lautan itu di tengah-tengahnya.
  9. Allah menghinakan Fir’aun dan semua tentaranya dengan menenggelamkan mereka dalam lautan. Nabi Musa AS lalu berpuasa dan bersyukur kepada Allah.

Amalan Asyura
Saat hari Asyura sangat disayangkan bila terlewat begitu saja tanpa diisi dengan amaliah ibadah, di antaranya dengan berdoa. Berikut ini adalah beberapa amalan yang dapat dibaca pada hari Asyura, baik siang maupun malam.

Amalan Malam Asyura
Dalam kitab Kanz An-Najaah wa As-Suruur, Syaikh Abdul Hamid Kudus mengatakan, di antara yang dianjurkan untuk diamalkan pada saat Asyura adalah menghidupkan malamnya dengan membaca Al-Quran atau mendengarkannya, juga membaca doa-doa dan dzikir-dzikir, terutama yang berasal dari Nabi Muhammad SAW.

Amalan Hari Asyura
Sedangkan pada siang hari Adyura, para ulama menganjurkan banyak hal untuk dilakukan. Ada yang menyebutkan sepuluh macam perbuatan, ada pula yang menyebutkannya dua belas macam, yaitu:
  1. Membaca shalawat dan salam (dihitung dua amalan)
  2. Bersilaturahim
  3. Bersedekah
  4. Mandi
  5. Memakai celak mata
  6. Mengunjungi orang alim
  7. Menjenguk orang sakit
  8. Mengusap kepala anak yatim
  9. Meluaskan nafkah untuk orang-orang yang ditanggung (anak, istri, dan lain-lain)
  10. Menggunting kuku,
  11. Membaca surah Al-Ikhlas sebanyak seribu kali.

Di antara kedua belas amalan itu, dua di antaranya adalah berdasarkan hadits shahih, yaitu berpuasa dan meluaskan nafkah kepada keluarga yang ditanggung.
Di antara yang yang dianjurkan juga pada siang hari Asyura adalah menyibukkan diri dengan banyak beribadah, terutama hasbalah (membaca Hasbunallaahu wa ni’mal wakiil atau Hasbiyallaahu wa ni’mal wakiil) dan tasbih. Keduanya mengandung faedah yang sangat besar.

Puasa Hari Asyura
Pada hari Asyura, kaum muslimin disunnahkan untuk melakukan puasa sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits, “Asyura adalah hari raya para nabi sebelum kalian, maka berpuasalah kalian semua pada hari itu.” Hadits hasan itu diriwayatkan oleh Al Bazzar dari Abu Hurairah.
Selain puasa pada hari Asyura, disunnahkan pula puasa pada hari kesembilan, yang disebut hari “Tasu’a”. Dalam hadits dikatakan, “Seandainya aku masih hidup sampai tahun depan, aku akan puasa pada hari Tasu’a.” Itu adalah agar kaum muslim berbeda dari orang Yahudi, karena merekapun berpuasa pada hari Asyura.
Diceritakan juga bahwa, orang Arab pada masa Jahiliyah juga berpuasa pada hari itu, Mereka juga memakaikan kiswah di Ka’bah pada hari itu.
Puasa pada hari itu sangat dusunnahkan. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim disebutkan, ketika Nabi Muhammad SAW sampai di Madinah, beliau mendapati orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura karena Allah telah menyelamatkan Nabi Musa AS pada hari itu. Nabi Muhammad SAW lalu bersabda, “Aku lebih berhak atas Nabi Musa.” Kemudian, Nabi Muhammad SAW berpuasa pada hari itu dan mengajak orang untuk berpuasa juga.
Nabi Muhammad SAW sangat menuntut untuk berpuasa Asyura sebelum diwajibkan puasa Ramadhan. Ketika diwajibkan puasa pada bulan Ramadhan, puasa Asyura menjadi sunnah.
Dalam kitab Al-Majmu’, karya Imam Nawawi, terdapat keterangan terperinci tentang puasa Asyura:
Para sahabat, para ulama Syafi’i, berbeda pendapat tentang puasa Asyura. Apakah puasa itu wajib pada permulaan Islam kemudian di-nasakh (dihapus kewajibannya), atau tidak wajib sejak semula.
Menurut Imam Syafi’i, yang lebih nyata adalah, puasa Asyura ini tidak wajib. Namun ada pula yang mengatakan, puasa Asyura itu wajib. Ini pendapat Abu Hanifah.
Para ulama umumnya sepakat bahwa puasa pada hari itu tidak wajib, melainkan sunnah saja.
Pendapat yang mengatakan wajib berdasarkan riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi  pernah mengutus seorang laki-laki pada hari Asyura ke kaumnya. Mereka diperintahkan untuk berpuasa pada hari itu dan mereka yang telah terlanjur makan hendaknya berpuasa pada sisa harinya.
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Aisyah, dikatakan, “Rasulullah memerintahkan untuk berpuasa pada hari Asyura, sebelum diwajibkan puasa bulan Ramadhan. Setelah puasa Ramadhan diwajibkan, yang mau berpuasa boleh berpuasa dan yang tidak mau boleh tidak berpuasa.”
Dari Ibnu Umar disebutkan, Rasulullah SAW dan kaum muslimin berpuasa pada hari Asyura sebelum diwajibkan puasa Ramadhan. Setlah puasa Ramadhan diwajibkan, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang mau berpuasa, boleh; dan siapa yang tidak mau berpuasa, juga boleh.”
Dari Aisyah, ia mengatakan, “Hari Asyura adalah hari yang dipuasakan oleh orang Quraisy pada masa Jahiliyah. Namun ketika Islam dating, Rasulullah SAW berkata,’Barang siapa yang mau berpuasa, silahkan berpuasa; dan barang siapa yang tidak mau, silahkan meninggalkannya.” (HR. Muslim).

Wirid Hari Asyura
Pada hari Asyura, amalan yang sangat baik pula untuk dilakukan selain berpuasa adalah banyak-banyak membaca wirid dan dzikir. Di antaranya, dianjurkan membaca wirid di bawah ini tujuh puluh kali:

Hasbiyallaahu wa ni’mal-wakiil, ni’mal-maulaa wa ni’man-nashiir.

“Cukuplah Allah bagiku, Dia sebaik-baik pengurus, sebaik-baik penolong, sebaik-baik pemberi pertolongan.”

Kemudian dilanjutkandengan membaca tasbih berikut:

Subhaanallaahi mil-al miizaan wa mumuntahal-‘ilmi wa mablaghar-ridhaa wa zinatal-arsy laa manjaa wa laa maljaa minallaahi illaa ilaih.
Subhaanallaahi ‘adadasy-syaf’i wal-watri wa ‘adada kalimaatihit-taammati kullihaa.
As-alukas-salaamata birahmatika yaa arhamarraahimiin, Wa laa haula wa laa quwwata illaa billaahil-‘aliyyil-‘adhiim, wa huwa hasbii wa ni’mal-wakiil, ni’mal-maulaa wa ni’man-nashiir, wa shallallaahu ‘alaa nabiyyinaa khairi khalqihi sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi ajma’iin.

“Subhanallah sepenuh mizan (timbangan amal), sepenuh ilmu, sebatas keridhaan, dan seberat arsy. Tiada tempat untuk menyelamatkan diri dari adzab Allah melainkan kepada Allah. Subhanallah sebanyak bilangan yang genap dan yang ganjil dan sebanyak kalimat-Nya yang sempurna semuanya. Aku meminta kepada-Mu keselamatan dengan rahmat-Mu, wahai Tuhan Yang Paling Pengasih di antara yang pengasih. Tiada daya dan kekuatan melainkan hanya dari Allah, Yang Maha Tinggi dan Maha Agung. Dia cukup bagiku, sebaik-baik pengurus, sebaik-baik penolong, dan sebaik-baik pemberi pertolongan. Semoga Allah memberi rahmat untuk nabi kami, Nabi Muhammad, dan keluarga serta para sahabatnya.”

Ada pula dengan redaksi lain yang disebutkan dalam kitab Fath Al-Bari:
… 

Juara Fesma DIY 2014

Muhammad Athoillah meraih juara harapan 1 MTQ pada Festival Madin (Fesma) Tingkat DIY Tahun 2014 yang dilaksanakan di Kantor Wilayah Kemenag DIY Jalan Sukonandi Yogyakarta pada Sabtu, 25 Oktober 2014. Sebelumnya Athoillah meraih juara 1 MTQ pada Festival Madrasah Diniyah Tingkat Kota Yogyakarta.

Peletakan Pathok Sekaten Jogja 2014

Hadrah Ponpes Al-Islam mengiringi upacara peletakan Pathok Sekaten Tahun 2014 atau Tahun Jawa Ehe 1948 di utara Ringin Kurung Alun-alun Utara Yogyakarta, pada Sabtu pagi, 25 Oktober 2014 bertepatan dengan tanggal 1 Muharram 1436 H (Tahun Baru Hijriyyah), berangkat dari kecamatan Gondomanan menuju Alun-alun utara Yogyakarta bersama Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti. Peletakan pathok ini untuk kemudian menjadi dasar pembagian kapling Pasar Malam Perayaan Sekaten (PMPS).

Selain Walikota, Ketua DPRD Kota Yogyakarta Sujanarko hadir pula dari Kraton Ngayogjokarto Hadiningrat yaitu KBPH Hadiwinoto dan GBPH Prabukusumo juga ikut melakukan pemukulan palu pathok. 

Usai pathok terpasang, Walikota memotong tumpeng di area tersebut. Ini mengawali 'dhahar sugengan', acara makan bersama untuk kesuksesan PMPS 2014. Haryadi Suyuti menjelaskan PMPS akan dilaksanakan 28 November sampai 3 Januari 2015. Malam pergantian tahun nanti akan digelar acara khusus di area PMPS.

Sementara itu Ponpes Al-Islam juga akan berpartisipasi pada Sekaten tahun ini dengan membuka "Stand Al Islam Jogja", Selain itu juga akan tampil pada panggung Kesenian Sekaten tersebut dengan Hadrah santri putra dan putri.

Jumat, 24 Oktober 2014

Doa Akhir Tahun dan Awal Tahun

Selamat  Tinggal Tahun 1435 H
Doa Akhir Tahun 1435 H : ...

Selamat Datang Tahun Baru Hijriyyah 1 Muharram 1436 H
Doa Awal Tahun 1436 H : ...

Wisuda Akbar One Day One Ayat 2014

Santri Al-Islam Yogyakarta mengikuti "Wisuda Akbar One Day One Ayat" Quran Surat Muhammad dan Al-Baqarah 51 - 100 Tahun 2014 di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta besuk pada Sabtu, 25 Oktober 2014.
Berangkat dari Jogja pada hari Jum'at, 24 Oktober 2014 setelah shalat Jum'at di Masjid Gede Kauman Yogyakarta menuju Jakarta diikuti oleh 20 santri Al Islam Yogyakarta yang telah menyelesaikan hafalannya 5 Juz. bersama kafilah Yogyakarta sebanyak 11 bis.
Dalam acara ini Insya Allah dihadiri oleh : Ustadz Yusuf Mansur, Syeikh Mishary Rashid Al-Afasy, Syeikh dan Alim Ulama Timur Tengah, Prsiden Republik Indonesia, Tokoh Masyarakat dan Alim Ulama Nasional.

Minggu, 12 Oktober 2014

MT Ahad Wage

Majelis Ta'lim Ahad Wage kembali digelar pada Ahad Wage, 12 Oktober 2014 di Serambi Masjid Agung Condronegaran Gedongkiwo Yogyakarta. Sebelumnya dilaksanakan Semaan Al Qur'an, Setelah Shalat Subuh sampai maghrib dilanjutkan dengan khatmil Quran.

Majelis diawali dengan pembacaan Asmaul Husna, kemudian mujahadah dan Tahlil, juga pengajian oleh Abah Hana diikuti oleh segenap santri dan masyarakat Gedongkiwo, dan jamaah rutin yang hadir dari Bangunjiwo, Kwalangan, Gedongsari, Pelemsewu, dan lainnya.

Abah Hana menyampaikan Kitab Nashaihul 'Ibad, Bahwa di antara karunia Allah yang amat sangat berharga dan wajib disyukuri adalah Akal, Agama, Rasa Malu, dan Kemampuan untuk beramal shaleh. Dengan keempat karunia Allah tersebut, manusia dengan kehendak-Nya bisa meraih kebahagiaan yang hakiki dan abadi, baik di dunia maupun di akherat kelak.

Sebaliknya, adalah sebuah tindakan ceroboh, jika kita sudah dikaruniai empat perkara tersebut yang tak ternilai harganya, tetapi tidak mensyukurinya, bahkan dirusak dan disalahgunakan.

Nabi Muhammad SAW bersabda : 
"Ada empat perkara pada diri anak Adam yang dapat hilang karena empat perkara: (1) akal; (2) agama; (3) rasa malu. dan (4) amal shaleh. Kemarahan dapat menghilangkan akal (sehat), hasud (dengki) dapat menghilangkan agama, tamak dapat menghilangkan rasa malu, dan ghibah dapat menghilangkan amal shaleh." (Imam Nawawi Al Bantani, Nashaihul 'Ibad, Baburrba'i, Maqalah 18, Hlm.25)

Juara Fesma 2014 Kota Yogyakarta

Santri Madin Al Islam Yogyakarta berhasil meraih prestasi juara pada Festival Madrasah Diniyah Kota Yogyakarta tahun 2014 yang dilaksanakan di Kemenag Kota Yogyakarta pada Ahad 12 Oktober 2014 dan selanjutnya berhak mewakili Kota Yogyakarta pada Festival Madrasah Diniyah Tingkat DIY yang akan datang.

Santri yang berprestasi tersebut adalah :
  1. Juara 1 MTQ (Muhammad Athoillah)
  2. Juara 2 Adzan (Muhammad Aziz Saputra)
Selamat, Tingkatkan prestasi !

Selasa, 07 Oktober 2014

BELAJAR KITAB ONLINE TANPA GURU

PERTANYAAN :

Arif Fivers

Ustadj,saya mau bertanya. Misalnya kan kita download kitab online dari website seseorang, bilang saja kitab tafsir . Lalu kita pelajari kitab trsbt dari hp atau laptop kita tanpa guru bimbingan.. Apakah itu termasuk perbuatan yang otodidak..... Bagaimana toh ustadj..

JAWABAN :

Ical Rizaldysantrialit
Syeikh Imam As-Suyuthi dalam Al-Itqan fiUlum

ﺍﻹﺟﺎﺯﺓ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻏﻴﺮ ﺷﺮﻁ ﻓﻲ ﺟﻮﺍﺯ ﺍﻟﺘﺼﺪﻱﻟﻺﻗﺮﺍﺀ ﻭﺍﻹﻓﺎﺩﺓ، ﻓﻤﻦ ﻋﻠﻢ ﻣﻦ ﻧﻔﺴﻪﺍﻷﻫﻠﻴﺔ ﺟﺎﺯ ﻟﻪ ﺫﻟﻚ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﺠﺰﻩ ﺃﺣﺪ، ﻭﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚﺍﻟﺴﻠﻒ ﺍﻷﻭﻟﻮﻥ ﻭﺍﻟﺼﺪﺭﺍﻟﺼﺎﻟﺢ، ﻭﻛﺬﻟﻚ ﻓﻲ ﻛﻞ ﻋﻠﻢ ﻭﻓﻲ ﺍﻹﻗﺮﺍﺀ ﻭﺍﻹﻓﺘﺎﺀ ..ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺍﺻﻄﻠﺢ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻋﻠﻰﺍﻹﺟﺎﺯﺓ ﻷﻥ ﺃﻫﻠﻴﺔ ﺍﻟﺸﺨﺺ ﻻ ﻳﻌﻠﻤﻬﺎ ﻏﺎﻟﺒﺎ ﻣﻦ ﻳﺮﻳﺪﺍﻷﺧﺬ ﻋﻨﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﺋﻴﻦﻭﻧﺤﻮﻫﻢ ﻟﻘﺼﻮﺭ ﻣﻘﺎﻣﻬﻢ ﻋﻦ ﺫﻟﻚ، ﻭﺍﻟﺒﺤﺚ ﻋﻦﺍﻷﻫﻠﻴﺔ ﻗﺒﻞ ﺍﻷﺧﺬ ﺷﺮﻁ، ﻓﺠﻌﻠﺖﺍﻹﺟﺎﺯﺓ ﻛﺎﻟﺸﻬﺎﺩﺓ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻟﻠﻤﺠﺎﺯ ﺑﺎﻷﻫﻠﻴﺔ

Ijazah dari seorang guru bukanlah sebuah syarat bolehnya mengajar dan membacakan kitab. Selama seseorang punya keyakinan bahwa dia sudah ahli maka boleh baginya untuk membacakandan berfatwa walaupun dia tidak mendapat ijazah dari siapapun. Pendapat ini dianut kalangan salaf klasik(al-awwalun). Begitu juga dalam setiap ilmu. Bahwasanya ada orang yang menganggap perlu adanya ijazah itu karena keahlian sesorang umumnya tidak dapat dicapai tanpa guru. Sedangkan keahlian itu menjadi syarat untuk mengajar. Maka ijazah itu ibarat sertifikat dari guru pada murid(yang diijazahi/al-mujaz) atas tercapainya suatu keahlian.

Imam Abu Hayyan Al Andalusy berkata:

ﻭﻗَﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺣَﻴﺎﻥ ﺍﻷﻧﺪﻟﺴِﻲ:

ﻳﻈﻦّ ﺍﻟﻐُﻤْﺮُ ﺃﻥ ﺍﻟﻜُﺘْﺐَ ﺗَﻬﺪﻱ ## ﺃﺧَﺎ ﺟَﻬﻞٍ ﻹﺩْﺭﺍﻙِﺍﻟﻌُﻠﻮﻡِﻭﻣَﺎ ﻳَﺪﺭﻱ

ﺍﻟﺠﻬﻮﻝُ ﺑﺄﻥّ ﻓِﻴﻬﺎ ## ﻏَﻮﺍﻣِﺾ ﺣَﻴّﺮﺕ ﻋَﻘﻞَﺍﻟﻔﻬﻴﻢِ

ﺇﺫﺍ ﺭُﻣﺖ ﺍﻟﻌُﻠﻮﻡَ ﺑﻐﻴﺮِ ﺷﻴﺦٍ ## ﺿﻠﻠﺖَ ﻋَﻦ ﺍﻟﺼِﺮﺍﻁﺍﻟﻤُﺴﺘﻘِﻴﻢ

ﻭﺗﻠﺘَﺒِﺲُ ﺍﻷﻣُﻮﺭُ ﻋﻠﻴﻚَ ﺣَﺘﻰ ## ﺗﺼﻴﺮَ ﺃﺿﻞَّ ﻣِﻦ ﺗُﻮﻣﺎﺍﻟﺤَﻜﻴﻢ

khalayak ramai menyangka bahwa kitab-kitab itu dapat menuntun orang bodoh untuk menggapai ilmu padahal orang yang amat bodoh tidak tahu bahwa di dalam kitab kitab itu banyak masalah rumit yang membingungkan akal orang cerdas.Apabila engkau mencari ilmu tanpa guru maka engkau dapat tersesat dari jalan yang lurus.Maka segala hal yang berkaitan akan menjadi samar buatmu hingga engkau menjadi lebih sesat dibanding si Thomas (Ahli filsafat).

(hasyiyah Al Thalib ibnu Hamdun ala lamiyatal ‘af’al hal 44).

--------------------------------

Arif Fivers
ooh bgtu... Bolehkah mempelajari ilmu filsafat ustadj

Ical Rizaldysantrialit
Dalam kitab “ I'anatuth tholibin juz 2 halaman 47 :

ﻛﺎﻟﻔﻼﺳﻔﺔ ﻭﻫﻢ ﻣﻨﻜﺮﻭ ﺣﺪﻭﺙ ﺍﻟﻌﺎﻟﻢ ﻭﻋﻠﻤﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺑﺎﻟﺠﺰﺋﻴﺔ ﻭﺍﻟﺒﻌﺚ ﻟﻼﺟﺴﺎﻡ ﻭﻫﺬﻩ ﺍﻟﺜﻼﺛﺔ ﻫﻲ ﺃﺻﻞ ﻛﻔﺮﻫﻢ

“Filosof adalah orang-orang yang mengingkari hudus alam,mengingkari ilmunya allah dengan juziyyah,dan mengingkari kebangkitan dengan tubuh,dan 3 masalah inilah yang menjadi asal kekafiran mereka”

Dan imam sanusi sangat mewanti-wanti,dan memberi peringatan kepada orang- orang yang baru belajar agar jangan mengambil ushuluddin dari kitab-kitab yang bercampur dengan kalam falsafah,berikut ini perkatan beliau;

ﻭﻟﻴﺤﺬﺭ ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﻱ ﺟﻬﺪﻩ ﺃﻥ ﻳﺄﺧﺬ ﺃﺻﻮﻝ ﺩﻳﻨﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻜﺘﺐ ﺍﻟﺘﻲ ﺣﺸﻴﺖ ﺑﻜﻼﻡ ﺍﻟﻔﻼﺳﻔﺔ

“hendaklah orang yang baru belajar menghindari kesungguhannya mengambil ilmu ushulluddin dari kitab- kitab yang bercampur dengan perkataan filsafah”
Bahkan bukan hanya ilmu ushulludin yang bercampur dengan filsafah saja yang di wanti-wanti untuk dihindari,juga ilmu mantiq.
Bahkan iman nawawi dan ibnu shalah mengharamkan mempelajari ilmu mantiq yang bercampur dengan filsafah,seperti yang disinggung oleh Abdurrahman al-ahdhari dalam kitab Sulamul Munawwaroq

ﻭﺍﻟﺨﻠﻒ ﻓﻲ ﺟﻮﺍﺯ ﺍﻹﺷﺘﻐﺎﻝ

ﻓﺎﺑﻦ ﺍﻟﺼﻼﺡ ﻭﺍﻟﻨﻮﻭﻱ ﺣﺮﻣﺎ

ﻭﺍﻟﻘﻮﻟﺔ ﺍﻟﻤﺸﻬﻮﺭﺓ ﺍﻟﺼﺤﻴﺤﺔ

ﻣﻤﺎﺭﺱ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻭﺍﻟﻜﺘﺎﺏ

“ terjadinya perbedaan wacana( antara para ahli) tentang status hukum kebolehan memperdalam ilmu retorika qurani (ilmu mantiq/logika),dapat diklasifikasikan menjadi tiga,yaitu Pertama,ibnu shalah dan imam nawawi berpendapat haram,dan (kelompok yang kedua) sebagian kelompok ulama mengatakan ilmu ini sebaiknya diketahui,dan pendapat(ketiga) yang terkenal menyatakan bahwa memperdalam ilmu retorica qurani(mantiq) adalah shahih(benar) bagi mereka yang memiliki kesempatan bernalar,berakal,yang mengerti seluk beluk hadis dan qur’an,yang menguasai betul hadis dan al-qur’an.hal ini supaya mereka yang bernalar logis bisa memperoleh petunjuk dari ilmu retorica( mantiq) sampai pada kebenaran yang hakiki.

Kesimpulannya :
Hukum mempelajari ilmu mantiq terbagi tiga
1. Haram,menurut Imam Nawawi dan Ibnu Sholah.
2. Jawaz atau Boleh menurut jam'un.
3. Sunah menurut Imam Al-Ghozali.
Namun hukum sunah mempelajarinya bagi orang yg punya nalar dan cerdas,dan betul-betul menjalankan hukum syar'i

Wallahu a'lam

LINK DISKUSI : 

Minggu, 05 Oktober 2014

Selamat 'Idul Adh-ha 1435 H / 2014

'Idul Adh-ha berdasarkan Kalender Hijriyah

  • 1416: 28 April 1996
  • 1417: 18 April 1997
  • 1418: 7 April 1998
  • 1419: 27 Maret 1999
  • 1420: 16 Maret 2000
  • 1421: 5 Maret 2001
  • 1422: 23 Februari 2002
  • 1423: 12 Februari 2003
  • 1424: 1 Februari 2004
  • 1425: 21 Januari 2005
  • 1426: 10 Januari 2006
  • 1427: 31 Desember 2006
  • 1428: 20 Desember 2007
  • 1429: 8 Desember 2008
  • 1430: 27 November 2009
  • 1431: 17 November 2010
  • 1432: 6 November 2011
  • 1433: 26 Oktober 2012
  • 1434: 15 Oktober 2013
  • 1435: 5 Oktober 2014
  • 1436: 24 September 2015
  • 1437: 12 September 2016
  • 1438: 1 September 2017
  • 1439: 21 Agustus 2018
  • 1440: 11 Agustus 2019
  • 1441: 31 Juli 2020
  • 1442: 20 Juli 2021
  • 1443: 9 Juli 2022

Jumat, 03 Oktober 2014

Kabar Dari Mekkah (Yusuf Alam)

Alhamdulillahirabbil'alamiin
Jum'at malam, Dzulhijjah 1435 H / 3 Oktober 2014 jam 20.00 WIB telpon ke Pondok Pesantren Al Islam memberi kabar bahwa Kang Alam bisa menunaikan ibadah Haji Akbar pada tahun 1435 H / 2014 karena bertepatan dengan hari Jum'at, ini kedua kalinya Kang Alam melaksanakan rukun Islam kelima bagi Santri Teladan dan panutan di Ponpes Al Islam Yogyakarta ini, sekarang dalam keadaan sehat, Wukuf di Arafah, Mohon doa dan mendoakan, Permohonan maaf untuk Abah, Ibu, dan semua keluarga besar Pondok Pesantren Al Islam Yogyakarta, dan titip salam untuk semua teman di pesantren.
Kang Alam saat ini tahun kedua tinggal di Mekkah, tengah menuntut ilmu di Ummul Quro Makkah sehingga kesempatan Haji Akbar pada tahun ini tidak disia-siakan, Semoga tetap sehat, selamat dan dimudahkan Allah SWT. Aamiin.

Minggu, 28 September 2014

Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut

Dalam rangka program peningkatan kesehatan gigi dan mulut para santri ponpes Al Islam, dilaksanakan pemeriksaan gigi dan mulut pada Ahad, 28 September 2014 di Aula Ponpes Al Islam mulai jam 10.00 - selesai oleh para Dokter Muda (Ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Pemeriksaan dilakukan oleh Dokter Gigi Muda (Ko-ass) yaitu :
  1. Dentisia Ari S.
  2. Siti Ramadina W.
  3. Raditya Dwiangga R.
  4. Nurlina Puspita
Sebelum pemeriksaan, dilakukan ramah tamah dengan Ibu Nyai Nurul Isnaini (pengasuh Ponpes Al Islam Yogyakarta). Pengasuh menyatakan bahwa kesehatan adalah bagian dari ibadah yang senantiasa harus dijaga/dipelihara dan ditumbuh-kembangkan para santri dan siapa saja sebagai kebutuhan pokok untuk menunjang ibadah sehari-hari. Sebagaimana Sabda Rasulullaha SAW. "Jaga masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu". Dengan sehat maka akan nikmat dalam beribadah.

Klangenan Jogja 2014

Hadrah putra dan putri Ponpes Al-Islam tampil pada Pentas Seni "Klangenan Jogja 2014" yang diselenggarakan pada Sabtu malam, 27 September 2014 di Eks Balai RK Gedongkiwo oleh Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta.
Bacaan shalawat dan syair-syair dari hadrah PP Al-Islam ini semoga dapat memberikan kesejukan bagi masyarakat Gedongkiwo dan pengunjung yang hadir pada acara ini, di samping musik tradisional, juga untuk memberikan perimbangan dengan seni musik modern lainnya.

Sabtu, 27 September 2014

Tiga Santri Al-Islam Juara MTQ SD

Tiga Santri Cilik Al Islam Yogyakarta berhasil meraih prestasi pada MTQ Pelajar Kecamatan Mantrijeron Tahun 2014.

Ketiga santri tersebut adalah :
1. Athoilah Juara 3 MTQ
2. Krisna Ulinnuha Juara Harapan1 MHQ
3. Niki Syahrul Adam Juara Harapan 1 MTrQ

Rabu, 24 September 2014

Idul Adha 1435 H Pemerintah Tetapkan Ahad, 5 Oktober 2014

Hasil Sidang Isbat oleh pemerintah Republik Indonesia yang dilaksanakan melalui Kementerian Agama (Kemenag) telah menetapkan bahwa Hari Raya Idul Adha 2014 atau 1435 H jatuh pada hari Ahad, tanggal 5 Oktober 2014. Penyelenggaraan Sidang Isbat Idul Adha 2014 ini juga dihadiri oleh perwakilan Majelis Ulama Indonesia (MUI), perwakilan ormas-ormas Islam, dan para duta besar (dubes) negara-negara sahabat.
“Berdasarkan pemantauan rukyatul hilal pada 70 titik di seluruh Indonesia pada hari Rabu, 24 September 2014, posisi hilal berada pada posisi di bawah 2 derajat sehingga disepakati bahwa tanggal 1 Dzulhijjah 1435 H jatuh pada hari Jumat, 26 September 2014.  Artinya, Hari Raya Idul Adha, 10 Dzulhijjah, jatuh pada hari Ahad, 5 Oktober 2014,” papar Wakil Menteri Agama RI, Nazaruddin Umar, membacakan hasil Sidang Isbat, Rabu (24/9/2014).
Tidak seperti yang diperkirakan sebelumnya, ketetapan pemerintah ini ternyata berbeda dengan hasil keputusan Muhammadiyah mengenai jatuhnya Hari Raya Idul Adha 2014. Muhammadiyah sebelumnya telah menetapkan bahwa tanggal 10 Dzulhijjah jatuh pada tanggal 4 Oktober 201.
Salah seorang pengurus Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Anwar Abbas, Selasa (23/9/2014), menyampaikan bahwa perhitungan ilmu hisab bulan sudah wujud pada malam tanggal 24 September 2014. “Itu artinya, pada malam tersebut pergantian bulan sudah terjadi dan tanggal 1 Dzulhijjah sudah masuk,” jelasnya.
Anwar Abbas melanjutkan, bahwa pergantian tanggal pada kalender Hijriah dihitung sejak tenggelamnya matahari. Artinya, jika matahari terbenam, maka tanggal pun sudah berganti. Jadi, Muhammadiyah meyakni bahwa tanggal 10 Dzulhijjah 1435 Hijriah telah dimulai sejak tanggal 3 Oktober 2014 sore hingga 4 Oktober 2014.

Kamis, 18 September 2014

Juara MQK Nasional 2014

Wildan berhasil meraih Juara 1 MQK Tingkat Nasional Tahun 2014 Bidang Balaghah Tingkat Ulya Putera yang berlangsung di Propinsi Jambi.

Kamis, 11 September 2014

Anjuran Menyanjung Orang-Orang Mati

Diriwayatkan dari Abdul Aziz bin Shuhaib berkata : Aku mendengar Anas bin Malik berkata : "Ada orang banyak lewat memikul jenazah sambil menyanjung kebaikan jenazah. Maka Nabi SAW. bersabda : "WAJAHBAT LAHU = Wajib baginya". Juga ada orang banyak lewat mengusung jenazah yang lain sambil menyanjung kejelekan mayat. Maka Nabi SAW. bersabda : "Wajib baginya". Umar bin Khaththab RA. lalu bertanya : "Ya Rasulullah, apa yang engkau maksudkan "WAJABAT LAHU". Nabi SAW. bersabda : "Mayat yang kamu sanjung-sanjung kebaikannya ini pasti memperoleh Syurga, dan mayat yang kamu sanjung kejelekannya ini pasti memperoleh neraka. Nabi SAW. lalu bersabda : "Kamu semua itu menjadi saksi-saksi Allah di bumi-Nya".

Diriwayatkan dari Abul Aswad Ad Dili ia berkata : Saya duduk di sisi Umar bin Al; Khaththab RA. berkata : Rasulullah SAW. bersabda : "Tiadalah seorang lelaki yang mati, lalu ada tiga orang lelaki yang menyaksikan kebaikannya, melainkan dia wajib memperoleh Syurga". Tanyaku : "Wahai Rasulullah, sekalipun yang menyaksikan itu dua orang?". Nabi bersabda : "Sekalipun dua orang". Tetapi saya tidak bertanya kepada Nabi SAW. jika yang menyaksikan hanya seorang.

Sumber : Kitab Al Mawa'idhul 'Ushfuriyah

Sabtu, 06 September 2014

Majelis Ta'lim Ahad Wage

Kegiatan Majlis Ta'lim Ahad Wage kembali dilaksanakan setelah bulan Syawal ini, besuk Ahad Wage, Tanggal 7 September 2014 di Masjid Agung Condronegaran. Diawali dengan Semaan Al Qur'an, Asmaul Husna, Istighasah dan Tahlil 100 harinya KH Achmad Bunandar.

Sabtu, 09 Agustus 2014

Syawalan Al Islam 1435 H

Silaturahim dan Syawalan Al Islam Yogyakarta dilaksanakan pada hari ini Sabtu, 9 Agustus 2014 di Komplek Al Islam Yogyakarta, Condronegaran Gedongkiwo Yogyakarta dengan pengajian oleh KH Hasan Asyari.

Sabtu, 21 Juni 2014

HAFLAH AKHIRUSSANAH DAN KHATAMAN KITAB AQIDATUL AWAM TAHUN 2014

                                    Prosesi khataman Kitab Aqidatul Awam dan Hidayatussibyan

                                      Khotimat berfoto dengan Pengasuh ( Ibu Nyai Nurul Isnaini )

                                 Khotimin berfoto dengan pengasuh ( Ustd. Abah Endarka Hana. S.H)

                                                                Santri Teladan Putra 2014

                                                                   SantriTeladan Putri 2014


Usai melaksanakan Imtihan Semester 2, Pondok pesantren (Ponpes) Al-Islam Gedongkiwo Mantrijeron, Yogyakarta, mengadakan acara ‘Hafalah Akhirussnah dan Penutupan Bimbingan Pasca Ujian Nasional (BPUN).Untuk tahun ini bersamaan dengan penutupan pesantren kilat dalam rangka bimbingan pasca ujian nasional yang diselenggarakan oleh komunitas Mata Air Yogyakarta, kegiatan BPUN ini diselenggarakan untuk mengahadapi SBMPTN tahun 2014. Kegiatan tahunan itu dilaksanakan guna memberi motivasi dan juga apresiasi kepada para santri dan santriwati yang berprestasi, 
Acara yang berlangsung pada tanggal 18 Juni 2014 ini, sebenarnya yang paling inti adalah Khataman Kitab Aqidatul Awam dan Hidayatussibyan, dimana akhir-akhir ini sudah jarang ditemukan santri yang mengkaji kitab itu, padahal kitab tersebut adalah kitab para ulama klasik/salaf untuk sebagai dasar pembelajaran tauhid dan tajwied bagai para santri pemula atau tingkat dasar.  Alhamdulilah untuk tahun ini, Madin dan Ponpes Al-Islam bisa melaksanakan khataman kitab-kitab tersebut dimana para khatimin adalah para santriwan/santriwati kelas i'dad(persiapan).Kegiatan tersebut berjalan cukup meriah, sekaligus mendapat tanggapan positif dari para santri. “Kegiatan ini dilaksanakan satu tahun sekali dan tak ubahnya seperti peringatan hari raya bagi para santri.” Tutur Nuril Huda, salah satu santri teladan putra tahun 2014 di pesantren Al-Islam. Hal yang senada juga disampaikan oleh santri puteri lainya Sayidaturofiah,, “Acara ini selalu dirindukan oleh para santri, dan sangat berguna bagi kami untuk mengasah bakat terpendam yang kami miliki.”
Puncak dari rangkaian kegiatan ini adalah pengajian akbar yang dihadiri oleh warga di sekitar Gedongkiwo Mantrijeron Yogyakarta dan para orang tua wali dari para santri. Ceramah keagamaan yang mendatangkan KH. Aris Munawar Dachlan dari Ponpes Al-Anwar, berisi tentang cerita inspiratif yang mampu menggugah semangat bagi para santri dalam mencari ilmu. Beliau, menyampaikan bahwa mencari ilmu itu harus bersabar dan istiqomah. Sebagai seorang santri juga wajib kiranya taat kepada guru dan mau mengamalkan ilmu yang kita miliki.
Beliau yang sempat menuntut ilmu di tanah Mekkah menjelaskan bahwa, di zaman sekarang ini banyak sekali penyimpangan agama yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Oleh karenanya penting bagi para santri untuk memperluas wawasan keagamaan agar tidak mudah terjerumus kepada jalan yang sesat.
Selain untuk mengasah bakat sekaligus apresiasi bagi para santri, acara Haflah Akhirussanah ini juga bertujuan untuk mengakrabkan antara warga di sekitar lingkungan pesantren dengan para santri. Acara yang demikian masih akan diselenggarakan kembali tahun depan, dan akan menjadi acara rutinan yang diagendakan di pesantren yang diasuh oleh Ustad Abah Endarka Hana S.H itu. by SIF

Sabtu, 07 Juni 2014

Ruwahan di Gedongkiwo Nguri-Uri Budaya Jawa

Untuk menghidupkan tali silaturahmi dan persaudaraan antar tetangga, serta mengembalikan proses apeman yang njawani maka di lingkungan kampung Gedongkiwo Yogyakarta dilaksanakan Ruwahan Nguri-uri Budaya Jawa Di bulan Ruwah (Sya'ban) dengan kegiatan upacara dan lomba apeman pada tanggal 7 - 8 Juni 2014 kerja bareng EXPOLINER dan segenap komponen masyarakat Gedongkiwo. Turut berpartisipasi Pondok Pesantren Al Islam Yogyakarta.

Kegiatan diawali dengan lomba kebersihan lingkungan dan lomba membuat apem di setiap RT pada Sabtu, 7 Juni 2014 jam sekitar jam 19.30 WIB untuk membuat adonan apem dan menyiapkan segala yang diperlukan. Pada saat jam 19.30 WIB inilah dilakukan doa keselamatan miwiti ngebluk di pendopo Cokrosenan, setelah itu secara serempak peserta lomba apem mengerjakan ngebluk di wilayah RT masing-masing, sedang Dewan Yuri berkeliling kampung mendatangi tempat peserta berkumpul melakukan penilaian. Kemudian dilanjutkan dengan sarasehan tentang tradisi Sadranan/Ruwahan oleh narasumber yang mumpuni di bidangnya, diselingi musik tradisi terbangan/Hadroh dari Ponpes Al Islam Yogyakarta.


Di sepanjang jalan protokol Gedongkiwo selama dua hari dilaksanakan bazar dan pameran, memamerkan produk lokal baik kuliner, maupun kerajinan. Selanjutnya pada Ahad, 8 Juni 2014 jam 08.00 WIB digelar lomba mewarnai gambar bebas, dan sore jam 15.30 WIB dilaksanakan Kirab berpakaian tradisional dengan membawa ketan, kolak dan apem yang ditata di tambir mengelilingi kampung Gedongkiwo. Iring-iringan kirab dikawal oleh bergodo Daeng, music terbang, Hadroh, dan Drum Band Pondok Pesantren Al Islam Yogyakarta. Malam harinya jam 20.00 WIB digelar Majelis Muhyin Nufuus Sholawat Maulud Al Mahmud di Dalem pendopo Cokrosenan Gedongkiwo, Sekaligus Doa untuk orangtua dan para leluhur. Kemudian pada malam Nisfu Sya'ban insya Allah dilaksanakan Doa dan Dzikir bersama-sama dan Bersama-sama Dzikir di Pondok Pesantren Al Islam Yogyakarta komplek Thoriq Aqdam Avicena.

Juga pada Kamis, 12 Juni 2014 dilaksanakan Mujahadah Asmaul Husna di Masjid Agung Condronegaran Gedongkiwo
Selanjutnya pada 18 Juni 2014 dilaksanakan khataman kitab Aqidatul Awam bagi santri Madrasah Diniyah Al Islam di Pondok Pesantren Al Islam Yogyakarta Komplek Al Hikmah. Sedangkan Ziarah Qubur dilaksanakan pada 15 dan 20 Juni 2014.


Ziyaratul quburi mustahabbatun ‘alal jumlah littazakkuri wal i‘tibar.
Waziyaratu quburis shalihin mustahabbatun liajlit tabarruki ma‘al i‘tibar.

Ziarah kubur adalah sunah untuk mengingatkan manusia pada kematian dan membaca pertanda dihadapan mereka. Sedangkan menziarahi kubur orang sholeh adalah juga sunah untuk membaca pertanda di hadapan mereka dan mengalap berkah Allah. Begitu kata Imam Ghazali dalam Ihya Ulumud Din.

Tradisi budaya Jawa, memuliakan leluhur dengan Sadranan/Ruwahan. Disebut "Ruwahan" lantaran tradisi tersebut memang dilakukan pada bulan Ruwah dalam penanggalan Jawa Sultan Agung, atau bulan Sya'ban dalam penanggalan Hijriah, yaitu bulan sebelum memasuki bulan Ramadlon.

Mengabdi Untuk Berbakti


Sebagai anak kampung yang ingin mendarmabaktikan untuk kampung halaman dan para leluhur Gedongkiwo, mengabdi dan berbakti adalah keharusan. Bahwa tradisi Ruwahan adalah  suatu adat kebiasaan yang diturunkan oleh nenek moyang yang masih dijalankan oleh masyarakat sampai sekarang, Juga sesuatu yang dianggap bermakna baik dan atau luhur sampai dengan saat ini. Demikian "Nguri-Uri Budaya Jawa" berupa Sadranan/Ruwahan dilaksanakan dalam rangka mengabdi untuk berbakti.


Tradisi Ruwahan telah ada sebelum Islam masuk ke Indonesia, tepatnya pada masa kerajaan Majapahit dengan istilah Sradha (istilah yang digunakan oleh umat Hindu), untuk sebuah acara pemuliaan roh leluhur yang telah meninggal. Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk di Majapahit, diselenggarakan upacara Sradha untuk memuliakan arwah ibundanya, Tribhuwana Tunggadewi.


Dalam Kitab Negara Kertagama dikisahkan pelaksanaan upacara Sradha, oleh raja ketiga Majapahit, Ratu Tribhuwana Tunggadewi. Dengan tujuan memberi penghormatan kepada arwah Ramanda Diah Sangramawijaya dan ketiga ibu prameswari. Demikianlah maka muncul tradisi dan terkenal dengan istilah Nyadran atau Sadranan di masyarakat Jawa, yang pada hakekatnya tradisi Nyadran atau Ruwahan, tidak lain adalah untuk mengirim doa kepada leluhur yang telah meninggal.


Bagaimana Pandangan Islam


Ruwahan merupakan tradisi dalam ajaran Hindu. Ritualnya sendiri meliputi ritual keliling desa, ritual bersih desa hingga bersih kubur, ritual kenduri, ritual ziarah kubur dan berakhir dengan ritual padusan/mandi. Dalam tradisi tersebut yang diagungkan adalah roh-roh penunggu punden desa, roh nenek moyang dan para dewa.

Ketika islam pertama kali diperkenalkan kepada nenek moyang kita oleh para wali, tradisi ruwahan ini tetap dipertahankan khususnya nilai-nilai luhur yang sejalan dengan ajaran Islam secara ibadah horizontalnya, namun sudah dibedakan NIAT bukan lagi mengagungkan roh atau dewa, namun semata-mata ibadah karena Allah SWT dalam bentuk ukhuwah, shodaqoh, ziarah kubur, doa anak shaleh, dsb.


Di bawah ini nama-nama bulan Jawa Islam. Sebagian nama bulan diambil dari Kalender Hijriyah, dengan nama-nama Arab, namun beberapa di antaranya menggunakan nama dalam bahasa Sanskerta seperti Pasa, Sela dan kemungkinan juga Sura. Sedangkan nama Apit dan Besar berasal dari bahasa Jawa dan bahasa Melayu. Nama-nama ini adalah nama bulan kamariah atau candra (lunar). Penamaan bulan sebagian berkaitan dengan hari-hari besar yang ada dalam bulan hijriah, misalnya Pasa berkaitan dengan puasa Ramadhan, Mulud berkaitan dengan Maulid Nabi pada bulan Rabi'ul Awal, dan Ruwah berkaitan dengan Nisfu Sya'ban dimana dianggap amalan dari ruh selama setahun dicatat.

NoPenanggalan JawaLama Hari
1Sura30
2Sapar29
3Mulud30
4Bakda Mulud29
5Jumadilawal30
6Jumadilakir29
7Rejeb30
8Ruwah (Arwah, Saban)29
9Pasa (Puwasa, Siyam, Ramelan)30
10Sawal29
11Sela (Dulkangidah, Apit) *30
12Besar (Dulkahijjah)29/(30)
Total354/(355)
Ruwah adalah bulan ke 8 dalam kalender Jawa, yg sistem penanggalannya memakai sistem peredaran bulan. Karena sama-sama memakai sistem penanggalan bulan atau Qomariyah, maka bulan ini pun jadi identik dengan bulan ke 8 dalam kalender Islam, yakni bulan Sya’ban. Identik, tapi tidak sama. Karena penanggalan Jawa berganti tanggalnya setelah lepas tengah hari bolong, atau setelah masuk waktu sholat Dluhur sekitar jam 13-14. Sedangkan dalam penanggalan Islam bergesernya tanggal adalah selepas terbenamnya matahari, atau sama dengan masuk waktu sholat Maghrib.

Ary Budiyanto dalam suatu makalahnya, “Kearifan tradisi Ruwahan”, dalam ajaran para wali tradisi ruwahan tersebut telah banyak bergeser ke ajaran Islam dengan pemaknaan tertentu, misal :
  • tradisi nyadran (ziarah kubur), dimanifestasikan untuk mengingat kpd datangnya kematian dan memicu kesiapan bekal kita untuk masa hidup setelah kematian tersebut.
  • tradisi nyadran juga dimanifestasikan sebagai wujud amalan bakti anak yang shaleh kepada ortunya, sebagai amal yg tak putus2 (birul walidain).
  • bersih desa, lebih menitik beratkan kpd kegotong royongan dan guyub rukunnya warga untuk memelihara lingkungannya (ukhuwah) agar jadi bersih dan lebih indah ketika bulan puasa nantinya. Kebersihan sendiri merupakan salah satu wujud keimanan, bukan?
  • kenduri dan megengan (kirim-kirim hantaran makanan; yang di tradisi Aceh harus dengan daging = “meugang”) adalah manifestasi dari paktik doa bagi semua keluarga sanak saudaranya yang masih hidup dengan saling bersilaturahmi, saling memaafkan dan membantu untuk siap memasuki ibadah puasa dengan rasa yang suci penuh suka cita menjadi kesadaran orang Islam Jawa
  • Pada acara nyadran bebungaan ditaburkan di atas pusara mereka yang kita cintai, karena itu nyadran juga disebut nyekar (menghantarkan bunga). Indahnya warna-warni bunga dan keharumannya menjadi simbol bagi orang Jawa untuk selalu mengenang semua yang indah dan yang baik dari diri mereka yang telah mendahului.
  • mandi untuk mensucikan diri dari hadats besar, sehingga lengkaplah kesiapannya menapaki ibadah puasa nantinya.
Dengan demikian, ritus itu memberikan semangat bagi yang masih hidup untuk terus berlomba-lomba demi kebaikan (fastabiqul khoirat).

Bahkan di daerah kota santri di pantura, Tradisi megengan di bulan Ruwah yang bisa jadi berlangsung seminggu sebelum Puasa tidak hanya menciptakan relasi kesalehan sosial di masyarakat Jawa, namun tradisi ini juga menumbuhkan relasi putaran perekonomian. Pasar kaget ruwahan seperti halnya Dugderan di Semarang atau Dhandangan di Kudus, muncul sebagai dampak kebutuhan masyarakat pada waktu itu untuk menyemangati anak-anak dan keluarganya, misal untuk membelikan sarung, mukena, jilbab dan peci yang baru, kitab Quran yang baru, dan kain-kain untuk mengganti mihrab di surau dan masjid desa, atau agar dapat membeli bahan-bahan kebutuhan selama awal-awal minggu di bulan puasa. (inget kan dulu pasar tak setiap hari atau setiap jam buka seperti sekarang?)

Di dalam masyarakat Jawa sendiri setiap tindakannya erat sekali dengan simbol-simbol, dalam rangka untuk lebih memaknai suatu ibadahnya. Sebagai misal dalam tradisi megengan biasanya ada hantaran ke tetangga atau kerabat saudara, isi hantaran tradisi megengan di Jawa ini tidak pernah meninggalkan tiga sajian makanan yakni ketan, kolak, dan apem. Makna dari ketiga makanan itu adalah :
  • ketan yang lengket merupakan simbol mengeratkan tali silaturahmi,
  • kolak yang manis bersantan mengajak persaudaraan bisa lebih ‘dewasa’ dan barokah penuh kemanisan,
  • dan apem berarti jika ada yang salah maka sekiranya bisa saling memaafkan (ahfum).
Bahkan di beberapa tempat yang mayoritas warganya bekerja atau bertempat tinggal di luar daerahnya, di dalam tradisi ruwahan juga mengenal Mudik Ruwahan.
Mudiknya orang Jawa untuk ruwahan tak ubahnya sedang mereplika sirah Nabi Muhammad ketika beliau dan para sahabatnya hijrah ke Yatsrib atau Madinah, yakni mudik untuk melakukan tiga hal yang dibangun untuk mengukuhkan iman keislaman yakni mendirikan masjid, pasar, dan mengikat tali persaudaraan.

Selama ibadah tersebut berarah horizontal, perbedaan pelaksanaan antara daerah satu dengan lainnya tentu tak layak jika serta merta dituding sebagai penyakit TBC (Takhayul, Bidáh dan Churafat). Ingat bahwa kunci dari semua amalan adalah NIAT?

Berbakti kepada kedua orangtua tidak hanya sebatas ketika mereka masih hidup, tetapi berlanjut sampai keduanya meninggal. Ruwahan merupakan salah satu bentuk Birrul Walidain, dengan melakukan doa dan ziarah kubur kepada orangtua, kerabat dan leluhur yang telah meninggal.


Diriwayatkan dari Abu Usaid Malik ibnu Rabi'ah as-Sa'idi, ia berkata, "Ketika kita duduk bersama di samping Rasulullah SAW. tiba-tiba datang seorang laki-laki dari bani Salamah dan berkata, 'Wahai Rasulullah, masih adakah amalan yang harus saya lakukan untuk berbakti kepada bapak dan ibu setelah mereka meninggal?' Kemudian beliau menjawab, 'Ya, yaitu mengerjakan shalat untuk kedua orangtua (maksudnya mendoakan kedua orangtua atau menshalati jenazahnya). memohon ampunan atas segala dosanya, melaksanakan janji mereka setelah mereka meninggal, meneruskan tali silaturahmi yang pernah dilakukan orangtua ketika masih hidup, dan memuliakan kawan-kawannya." (HR Abu Dawud dalam Sunan-nya dan Ahmad dalam Musnad: 3/398)

Diriwayatkan dari Anas bin Malik, sesungguhnya Nabi Muhammad SAW bersabda, "Seorang hamba berbuat durhaka kepada orangtuanya sampai kedua orangtuanya atau salah satunya meninggal dunia. Lalu dia terus berdoa memintakan ampunan untuk kedua orangtuanya, sehingga akhirnya Allah SWT mencatatnya sebagai anak yang berbakti." (HR. Baihaqi dalam Syu'abul Iman)


Diriwayatkan dari Malik bin Zararah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Meminta ampunan yang dilakukan oleh seorang anak untuk kedua orangtuanya setelah keduanya meninggal adalah termasuk bentuk berbakti kepada orangtua." (HR Ibnu an-Najjar)


Maada fii sya'ban ?

Ada apa di bulan Sya'ban 


Allaahumma Bariklana fii Rojaba Wa Sya'bana Wa Balighna Romadlona


Bersambung ...


*) Dari berbagai sumber:

  1. Pengajian Abah Hana
  2. http://sosbud.kompasiana.com/2014/06/04/tradisi-ruwahan-kenapa-tidak-659745.html
  3. http://id.wikipedia.org/wiki/Kalender_Jawa

"MENGABDI UNTUK BERBAKTI"

___________________________

Powered by: Blogger