Haflah Khotmil Qur'an

Haflah Khotmil Qur'an

Haflah Khotmil Qur'an

Haflah Khotmil Qur'an

Haflah Khotmil Qur'an

Minggu, 15 Desember 2013

Pengajian Akbar PP Al Islam (Haflah Tasyakur Lil Ikhtitam III)

Foto kegiatan Haflah Khatmil Qur'an III PP Al Islam Tahun 2013 M / 1435 H
















Rabu, 11 Desember 2013

Seminar Motivasi Santri

Kang Kun memberikan motivasi meraih mimpi kepada santri al islam pada selasa, 10 Desember 2013 di aula pondok pesantren Al Islam Yogyakarta.
Menurut Muhammad Fariz Zulham kegiatan ini sebagai rangkaian kegiatan Haflah Tasyakur Lil Ihtitam ke III Pondok Pesantren Al Islam Yogyakarta

Jumat, 06 Desember 2013

Rangkaian Kegiatan Haflah Tasyakur Lil Ikhtitam III PP Al Islam Yogyakarta

Pondok Pesantren Al Islam Yogyakarta akan melaksanakan Haflah Tasyakur Lil Ikhtitam III besuk pada Rabu, 11 Desember 2013 di Komplek Masjid Agung Condronegaran Gedongkiwo Yogyakarta.

Berikut rangkaian acara dalam rangka Haflah Tasyakur Lil Ikhtitam III PP Al Islam Yogyakarta :
Sabtu, 7 Desember 2013
  • 20.00 - 22.00 Muqadaman dan Istighasah
Ahad, 8 Desember 2013
  • 07.00 - 11.00 Ziarah Maqbarah
Senin, 9 Desember 2013
  • 20.00 - 21.00 Mujahadah
Selasa, 10 Desember 2013 Semaan Al Qur'an
  • 13.00 - 15.00 Seminar Kesehatan dan Motivasi Santri Meraih Impian
Rabu, 11 Desember 2013 :
  • 13.00 - 15.00 Temu Wali Santri
  • 16.00 - 17.00 Pentas Seni Kreasi Santri
  • 19.30 - 20.30 Prosesi Wisuda Khatmil Qur'an : Juz Amma Bil Ghaib, 30 Juz Binnadzar, 5 Juz Bil Ghaib, dan 10 Juz Bil Ghaib
  • 20.30 - 21.00  Tahlil dan Doa oleh : KH. R. Najib Abdul Qadir
  • 21.00 - 21.30 Sambutan-sambutan
  • 21.30 - 22.00 Maulidur Rasul
  • 22.00 - 23.30 Pengajian Akbar oleh : KH Mahyan Ahamad

Rabu, 13 November 2013

“Jangan sampai kita kalah 3 kali”

Puasa Sunnah "Asyura Tanggal 9 dan 10 Muharram (Puasa Tasu'a dan Asyura)
 
Alangkah indah dan mulia jika segala amal dilaksanakan dengan niat semata karena Allah, dan segala perbuatan amal tergantung pada niatnya. Maka bagus kalau kita telah berniat untuk melaksanakan puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan, yaitu puasa di bulan Muharram (Puasa Tasu'a dan 'Asyura) dimana puasa 'Asyura pada tahun ini bertepatan dengan hari Kamis, yang mungkin ada sebagian kaum muslimin telah mendawamkan puasa sunnah Senin dan Kamis. Sehingga mendapatkan keutamaan pahala puasa sunnah hari Kamis dan puasa 'Asyura. Demikian pula bagi perempuan muslim untuk berniat lebih awal untuk puasa Tasu'a dan Asyura dari berjaga bila kemudian hari terkena udzur karena datangnya tamu rutin setiap bulan.

Pada Rabu dan Kamis, tanggal 13 dan 14 November 2013 bertepatan dengan tanggal 9 (Tasu'a) dan 10 ('Asyura) Muharram 1435 H Disunahkan untuk berpuasa. Puasa yang paling utama setelah puasa bulan Ramadhan adalah puasa pada tanggal 10 bulan Muharram (puasa Asyura).

Bulan Muharram adalah salah satu dari empat bulan haram atau bulan yang dimuliakan Allah. Empat bulan tersebut adalah, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Allah SWT berfirman:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

"Sesungguhnya jumlah bulan di kitabullah (Al Quran) itu ada dua belas bulan sejak Allah menciptakan langit dan bumi, empat di antaranya adalah bulan-bulan haram" (QS. At Taubah: 36)

Imam Muslim serta yang lainnya meriwayatkan dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ، شَهْرُ اللهِ المُحَرَّمُ. وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الفَرِيْضَةَ، صَلاَةُ اللَّيْلِ

“Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah (puasa) di bulan Muharram. Dan shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam”.

Dan puasa ‘Asyura menggugurkan dosa-dosa setahun yang lalu. Imam Abu Daud meriwayatkan di dalam Sunan-nya dari Abu Qatadah Radhiallahu’anhu

وَصَوْمُ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ إنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَنَة َالتِيْ قَبْلَهُ

“Dan puasa di hari ‘Asyura, sungguh saya mengharap kepada Allah bisa menggugurkan dosa setahun yang lalu”.

Orang-orang musyrik Quraisy Jahiliyah pada masa pra Islam dan bangsa Yahudi sangat memuliakan hari ini. Masyarakat Jahiliyah sebelumnya juga telah melaksanakan puasa 'Asyura. Bagaimana dengan kita ? 
Mereka menganggap hari tersebut adalah hari yang agung sehingga mereka melakukan penggantian kain Ka'bah (Kiswah) pada hari tersebut. Rasulullah SAW juga telah melaksanakan puasa Asyura sejak sebelum diangkat menjadi Nabi sampai saat beliau hijrah ke Madinah. Hal ini mengindikasikan, puasa 'Asyura diwarisi olek kaum Quraisy dari ajaran nabi Ibrahim AS. dan Ismail AS.

Bulan Muharram memiliki keutamaan, sehingga bulan ini disebut bulan Allah (syahrullah). Beribadah pada bulan haram pahalanya dilipatgandakan dan bermaksiat di bulan ini dosanya dilipatgandakan pula. Pada bulan ini tepatnya pada tanggal 10 Muharram Allah menyelamatkan nabi Musa as dan Bani Israil dari kejaran Firaun. Mereka memuliakannya dengan berpuasa. Kemudian Rasulullah saw. menetapkan puasa pada tanggal 10 Muharram sebagai kesyukuran atas pertolongan Allah. 
 Puasa 10 Muharram tadinya hukumnya wajib, kemudian berubah menjadi sunnah setelah turun kewajiban puasa Ramadlan. Rasulullah saw. bersabda: 

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ وَجَدَهُمْ يَصُومُونَ يَوْمًا يَعْنِي عَاشُورَاءَ فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ وَهُوَ يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَأَغْرَقَ آلَ فِرْعَوْنَ فَصَامَ مُوسَى شُكْرًا لِلَّهِ فَقَالَ أَنَا أَوْلَى بِمُوسَى مِنْهُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ

Dari Ibnu Abbas ra, bahwa nabi saw. ketika datang ke Madinah, mendapatkan orang Yahudi berpuasa satu hari, yaitu ‘Asyuraa (10 Muharram). Mereka berkata, “ Ini adalah hari yang agung yaitu hari Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan keluarga Firaun. Maka Nabi Musa as berpuasa sebagai bukti syukur kepada Allah. Rasul saw. berkata, “Saya lebih berhak mengikuti  Musa as. dari mereka.” Maka beliau berpuasa dan memerintahkan (umatnya) untuk berpuasa” (HR Bukhari).

Dan dari Aisyah radiyallahu ‘anha, ia mengisahkan,

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِصِيَامِ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانَ كَانَ مَنْ شَاءَ صَامَ وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ

“Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam memerintahkan untuk puasa di hari ‘Asyura. Dan ketika puasa Ramadhan diwajibkan, barangsiapa yang ingin (berpuasa di hari ‘Asyura) ia boleh berpuasa dan barangsiapa yang ingin (tidak berpuasa) ia boleh berbuka”. [HR Al Bukhari No 1897]

Dari Salamah bin Al-Akwa' RA berkata : Nabi SAW memerintahkan seseorang dari suku Aslam : "Umumkanlah kepada masyarakat bahwa barangsiapa tadi pagi telah makan, maka hendaklah ia berpuasa pada sisa harinya. Dan barangsiapa belum makan tadi pagi, maka hendaklah ia berpuasa. Karena hari ini adalah hari 'Asyura." (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Rubayyi' binti Mu'awwidz RA berkata: "Rasulullah SAW mengirimkan seorang pemberi pengumuman pada hari 'Asyura ke kampung-kampung Anshar, untuk mengumumkan "Barangsiapa tadi pagi telah makan, hendaklah ia menyempurnakannya sampa akhir hari ini (berpuasa) dan barangsiapa telah berpuasa sejak tadi pagi, maka hendaklah ia berpuasa." Seja saat itu kami selalu berpuasa 'Asyura dan kami jadikan anak-anak kecil kami berpuasa 'Asyura. Kami membuatkan mainan boneka untuk mereka dari bulu domba. Jika salah seorang di antara mereka menangis karena lapar, maka kami berikan keoadanya mainan itu, begitulah sampai datangnya waktu berbuka." (HR. Bukhari dan Muslim).

Sejarah Puasa Tasu'a

Jumhur ulama dari kalangan salaf dan khalaf berpendapat bahwa hari ‘Asyura adalah hari ke-10 di bulan Muharram. sedangkan tanggal sembilan Muharram disebut Tasu'a.

Dari Abdillah bin Abbas Ra berkata : "Ketika Rasulullah SAW. melakukan puasa 'Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa 'Asyura, maka para sahabat berkata: "Wahai Rasulullah, ia adalah hari yang diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani." Maka beliau bersabda, Jika begitu, pada tahun mendatang kita juga akan berpuasa pada hari kesembilan, Insya Allah." Ternyata tahun berikutnya belum datang, Rasulullah SAW telah wafat." (HR. Muslim No. 1134).

Pada hari inilah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam semasa hidupnya melaksanakan puasa ‘Asyura. Dan kurang lebih setahun sebelum wafatnya, beliau Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,

لَئِنْ بَقِيْتُ إِلَى قَابِلٍ َلأَصُوْمَنَّ التَاسِعَ

“Jikalau masih ada umurku tahun depan, aku akan berpuasa tanggal sembilan (Muharram)”
                                               
Para ulama berpendapat perkataan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam , “…aku akan berpuasa tanggal sembilan (Muharram)”, mengandung kemungkinan beliau ingin memindahkan puasa tanggal 10 ke tanggal 9 Muharram dan beliau ingin menggabungkan keduanya dalam pelaksanaan puasa ‘Asyura. Tapi ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam ternyata wafat sebelum itu maka yang paling selamat adalah puasa pada kedua hari tersebut sekaligus, tanggal 9 dan 10 Muharram.

Imam Asy-Syaukani dan Al Hafidz Ibnu Hajar mengatakan puasa ‘Asyura ada tiga tingkatan. Yang pertama puasa di hari ke 10 saja, tingkatan kedua puasa di hari ke 9 dan ke 10 dan tingkatan ketiga puasa di hari 9,10 dan 11.

-----------------------------------------------------------------------------------

“Jangan sampai kita kalah 3 kali”

Puasa Asyura telah dilakukan oleh orang-orang Quraisy jaman Jahiliyah, sehingga orang-orang jahiliyahpun melaksanakan puasa pada tanggal 10 Muharram. Kenapa kita tidak ? Demikian juga dengan bangsa Yahudi di Madinah juga berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Kenapa kita tidak ? semua dari anak-anak sampai yang dewasa disunahkan melakukan puasa pada 10 Muharram. Kenapa kita tidak ?

-----------------------------------------------------------------------------------
  

Puasa Asyura menghapus dosa setahun yang lalu


Rasulullah saw.  menjelaskan bahwa puasa pada hari 'Asyura  menghapuskan dosa-dosa setahun yang telah berlalu.

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَن صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ



Dari Abu Qatadah ra. Rasululllah rditanya tentang puasa hari 'asyura, beliau bersabda: "Saya berharap ia bisa menghapuskan dosa-dosa satu tahun yang telah lewat."  (HR. Muslim).

Keutamaan puasa ‘Asyura 


Di masa hidupnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam berpuasa di hari ‘Asyura. Kebiasaan ini bahkan sudah dilakukan beliau Shallallahu ‘alaihi wassalam sejak sebelum diwajibkannya puasa Ramadhan dan terus berlangsung sampai akhir hayatnya.

Al Imam Al Bukhari (No 1902) dan Al Imam Muslim (No 1132) meriwayatkan di dalam shahih mereka dari Abdullah bin Abbas radiyallahu ‘anhuma, ia berkata,

مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَومَ فَضْلِهِ عَلَى غَيْرِهِ إِلاَّ هَذَا اليَوْمِ يَوْمُ عَاشُوْرَاءَ وَهذَا الشَّهْرُ يَعْنِي شَهْرُ رَمَضَانَ

“Aku tidak pernah mendapati Rasulullah menjaga puasa suatu hari karena keutamaannya dibandingkan hari-hari yang lain kecuali hari ini yaitu hari ‘Asyura dan bulan ini yaitu bulan Ramadhan”.

Hal ini menandakan akan keutamaan besar yang terkandung pada puasa di hari ini.
Selamat melaksanakan puasa Tasu'a dan 'Asyura.

Jumat, 08 November 2013

Pengajian Tahun Baru 1435 H

Pengajian Abah Hana pada 5 November 2013 di Bangunjiwo Bantul.
Meniru, dan mengikuti kebaikan guru-guru kita,
Memuliakan dan jangan meremehkan guru-guru kita.
"Apabila meremehkan guru maka akan mendapatkan 3 perkara : (1) Tumpul Lisannya, (2) Hilang ilmu yang dihafal, dan (3) Fakir diakhir hayat.

Rabu, 06 November 2013

Tahun Baru 1435 H

Doa Akhir Tahun 1434 H :


Doa Awwal Tahun 1435 H :


Muhasabah :

Selasa, 15 Oktober 2013

Selamat Idul Adha 1434 H (Sebuah Renungan)

Idul Adha – Renungan Dzulhijah 1434 H / 2013 M

Setiap tahun kaum Muslimin menyambut datangnya Hari Idul Adha dengan memperbanyak bacaan takbir, tahmid, tasbih, dan tahlil. Mereka yang mampu juga menyembelih hewan kurban, disertai dengan merenungi diri masing-masing (mushabahah bin nafsih), sudah sejauh mana kita konsekuen dan konsisten dalam pelaksanaan syariat Islam. Semangat berkurban yang menjadi inti dari Hari Raya Idul Adha – menjadi tolok ukur dan gambaran tentang seberapa besar kesediaan kita untuk mengorbankan apa yang kita miliki demi kecintaan kita kepada Allah. Keteladanan Nabi Ibrahim AS menyembelih Ismail patut kita jadikan bahan renungan. Sepasang ayah dan anak yang saling mencintai rela berpisah dan melepas kecintaannya demi seorang ayah yang sangat mencintai anaknya untuk memenuhi perintah Allah SWT, Nabi Ibrahim adalah cermin seorang ayah yang sangat mencintai anaknya, Ismail. Lebih-lebih Ismail terlahir setelah berdoa bertahun-tahun tiada henti kepada Allah, maka sejak kecil Ismail dirawat, dipelihara, dan dididik dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, kecintaannya tidak menjadikan sesuatu yang dicintainya sebagai tandingan akan kecintaannya kepada Allah. “Dan, di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintai sebagaimana mereka mencintai Allah,” [QS. Al Baqarah (2): 165].
Firman Allah SWT. Dalam QS. Al Baqarah (2): 165

šÆÏBur Ĩ$¨Z9$# `tB äÏ­Gtƒ `ÏB Èbrߊ «!$# #YŠ#yRr& öNåktXq6Ïtä Éb=ßsx. «!$# ( tûïÉ©9$#ur (#þqãZtB#uä x©r& ${6ãm °! 3 öqs9ur ttƒ tûïÏ%©!$# (#þqãKn=sß øŒÎ) tb÷rttƒ z>#xyèø9$# ¨br& no§qà)ø9$# ¬! $YèÏJy_ ¨br&ur ©!$# ߃Ïx© É>#xyèø9$# ÇÊÏÎÈ  
165. dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu[106] mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).
[106] Yang dimaksud dengan orang yang zalim di sini ialah orang-orang yang menyembah selain Allah.
Sementara Ismail adalah produk dan tempaan pendidikan yang penuh cahaya Islam dari orang tua. Sehingga, manakala Allah memerintahkan kepada ayahandanya untuk menyembelih dirinya dan melihat sedikit keraguan dalam diri ayahnya, Ibrahim, Ismail berseru sebagaimana dikisahkan dalam Al Qur’an: “Wahai ayahandaku, kerjakanlah apa yang telah diperintahkan Allah kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapati aku termasuk orang-orang yang sabar,” [QS. Ash Shaffat (37): 102].
Firman Allah SWT. Dalam QS. Ash Shaffat (37): 102

$¬Hs>sù x÷n=t/ çmyètB zÓ÷ë¡¡9$# tA$s% ¢Óo_ç6»tƒ þÎoTÎ) 3ur& Îû ÏQ$uZyJø9$# þÎoTr& y7çtr2øŒr& öÝàR$$sù #sŒ$tB 2ts? 4 tA$s% ÏMt/r'¯»tƒ ö@yèøù$# $tB ãtB÷sè? ( þÎTßÉftFy bÎ) uä!$x© ª!$# z`ÏB tûïÎŽÉ9»¢Á9$# ÇÊÉËÈ  

102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar".
Menyimak hikmah yang terkandung di balik riwayat Nabi Ibrahim dan Ismail, tentunya kurban yang sebagaimana dimaksud tidak hanya sebatas aktivitas rutin memotong hewan ternak, sapi atau domba. Allah berfirman, Dalam QS. Al-Anfaal (8): 24

$pkšr'¯»tƒ z`ƒÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qç7ŠÉftGó$# ¬! ÉAqߧ=Ï9ur #sŒÎ) öNä.$tãyŠ $yJÏ9 öNà6ÍŠøtä ( (#þqßJn=ôã$#ur žcr& ©!$# ãAqçts šú÷üt/ ÏäöyJø9$# ¾ÏmÎ7ù=s%ur ÿ¼çm¯Rr&ur ÏmøŠs9Î) šcrçŽ|³øtéB ÇËÍÈ  

24. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu[605], ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya[606] dan Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.
[605] Maksudnya: menyeru kamu berperang untuk meninggikan kalimat Allah yang dapat membinasakan musuh serta menghidupkan Islam dan muslimin. juga berarti menyeru kamu kepada iman, petunjuk Jihad dan segala yang ada hubungannya dengan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

[606] Maksudnya: Allah-lah yang menguasai hati manusia.

"MENGABDI UNTUK BERBAKTI"

___________________________

Powered by: Blogger